Explore Pacitan #1 Sungai Maron
Deru mesin tempel di perahu yang kami tumpangi membelah sungai dengan air yang tampak biru kehijauan. Dipinggir jauh tampak seekor biawak yang sedang berjemur malu-malu dan kemudian lari setelah perahu mendekat. Di sisi kiri dan kanan sungai tampak rimbun pohon kelapa, bagai barisan yang memagari sungai ini. Setelah beberapa menit mengarungi sungai, kami tiba di muara yang siang itu tampak mengkilat karena pasir putih yang memantulkan sinar mentari. Siang itu kami menyusuri sungai Maron, sebuah muara yang tampak epik dengan pohon kelapanya dan menjadi idola di kabupaten seribu goa.
Yang satu ini bukan sebuah nama group band tapi sebuah sungai yang memiliki sebuah sungai muara yang cantik berhias hijau pepohonan kelapa. Sungai Maron menjadi salah satu daya tarik wisata di kabupaten Pacitan Jawa Timur dengan menawarkan sensasi pesiar menyusuri sungai dengan perahu motor.
Suasana alami sungai dengan air jernih kebiruan dan gugusan pohon kelapa di tepinya menjadi daya tarik utama Maron. Meskipun pada awal 2018 sempat terterjang banjir dan membuat banyak pohon kelapa hanyut.
Untuk menyusuri sungai Maron, kalian bisa menyewa perahu baik dari muara pantai Ngiroboyo atau dari bagian atas yakni desa Dersono, kecamatan Pringkuku. Saran Dolanmaning untuk penjelajahan yang lebih mempesona adalah dari desa Dersono. Alasan kenapa lebih menarik lewat desa Dersono atau dari daerah atas adalah (1) rute yang lebih panjang dan tentunya memberi sensasi yang lebih baik (2) bonus spot foto ayunan di atas sungai!
Tarif sewa kapal dihitung per perahu dan per trip (PP) dengan kapasitas penumpang maksimun 5 orang penumpang dewasa. Pada bulan Juli 2018, tarif yang kami bayar untuk satu perahu adalah 150.000.
Setiap penumpang diwajibkan memakai pelampung dan begitu bayar, petugas akan memanggil perahu dan tak perlu menunggu lama, kami pun segera memulai petualangan di atas Maron.
Dengan kecepatan pelan, perahu menyusuri Maron menuju ke muara. Menurut sang nahkoda perahu, banjir yang terjadi pada awal 2018 membuat tebing sungai longsor dan menghanyutkan banyak kelapa. Meskipun saat ini masih banyak kelapa dan masih tampak cantik memagari Maron. Bisa kami bayangkan mungkin sebelum banjir semua tampak sangat hijau. Dari beberapa blog yang dolanmaning baca, kebanyakan menyebut sungai ini sebagai Amazonnya Pacitan karena suasanannya yang alami dan hijau bak di Amazon.
Setelah sekitar 5 menit menyusuri Maron, pepohonan kelapa tampak semakin banyak baik di kiri maupun kanan sungai. Maron tak begitu lebar namun tampak dalam dengan warna air kebiruan.
Berfoto di ujung perahu dengan latar sungai dan kelapanya menjadi foto favorit para pejalan karena memang terkesan sangat fotojenik.
Setelah mencapai area pantai, kami memutuskan untuk tidak turun karena tidak ada yang menarik di situ. Soal pasir putih, pantai-pantai lain di Pacitan pun kebanyakan jg berpasir putih. Selain itu, kami ingin berfoto-foto di ayunan.
Salah satu spot nge-hits di Maron adalah ayunan di atas air (sungai). Spot foto ini lokasinya sebenarnya tak jauh dari titik start kami sebelumnya, namun lebih enak kalau berfoto ria saat perjalanan kembali. Si mas nahkoda perahu pun menyarankan demikian. Karena tidak ke pantai di muara, waktu foto-foto di ayunan pun lumayan agak longgar.
Sekadar info, spot foto ayunan ini tidak akan bisa kalian jumpai jika kalian menaiki perahu dari muara (pantai). Hal ini karena perbedaan area pengelolaan, maklum sungai Maron sudah menjadi ladang mata pencaharaian dan konon sempat terjadi cekcok antara operator perahu di pantai dan operator di daerah atas. Jadi operator dari pantai tidak bisa melaju sampai area ayunan yang lokasinya sudah di area operator lain di kawasan dermaga desa Dersono.
Tips: Jangan lupa beritahu nahkoda supaya dia tahu jika kalian akan berhenti di ayunan.
Durasi pesiar dengan perahu dari Dersono sekitar 45 – 60 menit. Tiket masuk ke kawasan sebesar Rp.3.500 diluar biaya sewa perahu dan parkir kendaraan. Wisata susur sungai Maron berada di desa Dersono, Pringkuku, Pacitan.
Pacitan, Juli 2018.