Menikmati Panorama 8 Gunung dari Puncak Gunung Andong
Selama kurang lebih 1,5 jam, kaki ini berkerja lebih keras daripada hari-hari biasanya. Meski jalan hampir tak henti menanjak, mata ini dimanja oleh pemandangan nan indah di seberang sana. Pepohonan pinus seperti menyemangati langkah ini untuk menggapai puncak yang tak pernah sepi oleh pejalan. Sesampainya di puncak kami bagai disambut oleh Merbabu dan Merapi di sore yang sangat cerah, di sisi barat terlihat Sindoro, Sumbing dan Slamet yang sedikit berselimut awan, di sudut lain arah mata angin masih ada Gunung lainnya yang juga terlihat sore itu, Lawu, Telamaya dan Ungaran. Dari Puncak Gunung Andong kami menikmati sebuah sore ditemani tempe mendoan hangat khas gunung Andong dan segelas kopi yang dijajakan warung di puncak.
Gunung Andong (1726 mdpl) bisa dibilang menjadi gunung yang sangat populer di kalangan pendaki gunung. Andong diklaim sebagai gunung yang cocok bagi pendaki pemula karena ketinggiannya yang tidak sebegitu tinggi dan treknya yang menantang penuh tanjakan. Meskipun tidak tinggi, persiapan fisik tetap harus diperhatikan buat siapa saja yang mau muncak ke Andong, apalagi jika kalian ingin kemah, tentu logistik harus dipersiapkan.
Andong terletak di desa Girirejo, kecamatan Ngablak, kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di barat Merbabu membuatnya bagai gardu pandang yang menampilkan pemandangan full view gunung Merbabu.
Jalur Pendakian yang paling terkenal adalah melalui dusun Sawit, meskipun ada jalur lain melalui Gogik. Dolanmaning melewati jalur Sawit dan saat ini terdapat dua jalur yaitu jalur lama dan baru. Jalur baru dibuat karena jalur lama sempat terkena longsoran tebing, namun saat kami ke sana (Juni 2018), jalur lama sudah berfungsi normal.
Kedua jalur sama-sama memiliki jarak yang kurang lebih sama jaraknya dengan variasi tanjakan terjal yang relatif sama. Perbedaan terlihat pada fasilitas di jalur, dimana jalur lama sudah banyak dijumpai anak tangga semi permanen dari batu yang ditata rapi. Sedangkan di jalur baru hanya sekadar jalur tanah, meskipun di jalur-jalur curam sudah dibuat anak tangga sekadarnya dari kerukan-kerukan tanah dan diberi tali pertolongan di sisinya. Selain itu, di jalur lama terdapat sumber air yang sudah dialirkan ke sebuah drum plastik, sedangkan di jalur baru tidak dijumpai sumber air. Masing-masing jalur memiliki 2 pos peristirahatan.
Pemandangan juga berbeda antara jalur baru dan jalur lama. Jalur lama didominasi pepohonan pinus nan rindang, sedangkan jalur baru berada di sisi luar hutan pinus sehingga pemandangan lebih terbuka hingga Merbabu, Merapi dan lembah di sekitarnya bisa terlihat dari beberapa spot di sepanjang jalur.
Durasi
Mendaki Andong sejatinya tidak diperlukan waktu yang lama. Beberapa blog menyebut kisaran 1 jam sebagai waktu tercepat dan 2,5 jam jika sangat santai. Meskipun terjal, durasi pendakian yang singkat membuat banyak pejalan menikmati Andong, dari orang tua hingga balita bersama-sama mendaki Andong.
Atraksi
Gunung Andong memiliki 4 puncak: puncak Makam, puncak Jiwa, puncak Andong dan puncak Alap-alap. Puncak Andong menjadi yang tertinggi dinatara yang lain dengan 1.726 mdpl. Banyak pejalan datang menjelang subuh atau dini hari untuk melihat matahari terbit, meskipun ada pula yang sudah datang untuk kemah di sore hari.
Kepopuleran Andong membuatnya selalu padat wisatawan dan puncak jiwa yang biasa dipakai mendirikan tenda akan terisi penuh warna-warni tenda dan hiruk pikuk pejalan. Untungnya kami datang sore hari sehingga leluasa memilih tempat yang representatif.
Puncak Jiwa memang dijadikan tempat kemah karena cukup luas dan dekat dengan puncak Andong. Selain itu, faktor angin juga menjadi pertimbangan saat mendirikan tenda di puncak Alap-alap atau pun Andong yang notabene lebih tinggi dari Jiwa.
Dari puncak Andong kalian bisa melihat sunrise dan sunset sekaligus. Dolanmaning sengaja datang sore untuk sekadar menikmati senja yang sore itu tampak membelai Sindoro dan Sumbing. Pagi hari, sunrise tak begitu jelas di hadapan kami meski ufuk timur terlihat keemasan. Awan atau kabut mungkin membuatnya tak begitu ketara. Tapi pagi yang semakin cerah menyuguhi kami pemandangan Merbabu dan Merapi sebegitu bagusnya. Ditambah panorama gunung-gunung lainnya membuat hati ini puas.
Logistik
Untuk kalian yang ingin mendaki Andong, kalian bisa kemah atau sekadar tik-tok alias pulang pergi tanpa bermalam. Siang hari di musim kemarau seperti Juni tak begitu dingin, tapi cuaca berubah drastis di malam hari dan membuat udara sangat dingin. Maka persiapkanlah perlatan tempur yang memadai jika ingin kemah.
Perkara perut mungkin tak begitu menjadi masalah karena Andong adalah gunung yang ramah perut, alias ada warung di puncaknya. Namun demikian, di malam hari saat puncak kedatangan para pejalan membuat warung menjadi penuh. Ada tiga warung di puncak, namun saat Dolanmaning ke sana hanya ada satu warung yang buka. Mungkin karena masih suasana lebaran.
Setidaknya kalian bisa mempersiapkan bekal secukupnya seperti air mineral atau kudapan untuk teman mendaki.
Jika sudah sampai puncak, jangan lupa nyobain tempe mendoan khas Andong yang sangat maknyuss dinikmati hangat-hangat sambil menikmati suasana.
Berbicara masalah warung, tempat ini juga menjadi penginapan dadakan buat pejalan yang tidak bawa tenda. Warung yang cukup luas dengan model lesehan menjadikan tempat ini cocok untuk dijadikan tempat tidur darurat.
Tarif retribusi
Gunung Andong berada di area perkebunan PT Perhutani, dan tiket masuk ke lokasi pun berkop PT Perhutani bekerja sama dengan Pemdes Girirejo. Juni 2018 kami dipungut Rp.10.000 per orang dan mendapatkan hanya 2 karcis dengan rincian Rp.6.000 untuk tiket resminya (termasuk asuransi) dan Rp.2.000 untuk kas dusun Sawit.