Goa Kidang Kencono, sensasi singkat caving di goa alami

Goa Kidang Kencono, sensasi singkat caving di goa alami

Udara sejuk yang cenderung basah menyambut kami di tanjakan maut yang kami lewati menuju desa Purwosari kecamatan Girimulyo kabupaten Kulon Progo. Rupanya pagi baru saja bercengkrama dengan hujan hingga bumi pun basah kuyup dibuatnya. Meski hujan telah reda, aroma hujan pun masih semerbak menemani perjalanan kami menuju ke sebuah destinasi alami di Purwosari bernama Goa Kidang Kecono, atau dalam Bahasa Indonesia Kijang Kencana, bukan Kijang Innova lho 😀 Konon goa ini masih alami dan bisa dijelajahi dengan derajad kesulitan sedang. Konon, stalagmit dan stalagtit di sini pun masih ‘hidup’ dengan trek caving yang bervarisasi baik jarak maupun tingkat kesulitannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 kilometer dari Yogyakarta, akhirnya kami tiba di kawasan wisata Goa Kidang Kencono yang juga satu lokasi dengan destinasi yang sedang hits di IG bernama Ayunan Langit Watu Jaran.

Sempat tersesat karena mencari papan petunjuk “Goa Kidang Kencono”, Dolanmaning dan kawan dolan akhirnya masuk ke pelataran parkir kawasan Ayunan Langit dan menurut petugas parkir memang kedua destinasi ini berada di satu kawasan dan dikelola oleh satu Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).

Setelah memarkir si Sinchan alias Yamaha Vixion,  kami duduk-duduk di gazebo untuk sekadar meregangkan punggung. Petugas pun menghampiri kami untuk menjelaskan obyek wisata yang ada di kawasan ini.

Parkiran di Obyek Wisata Watu Jaran/ Goa Kidang Kencono

Menurutnya, Goa Kidang Kencono, atau Kidang Kencana, berada di bawah bukit Watu Jaran lokasi ayunan hits itu berada. Untuk memasuki kawasan wisata ini, setiap pejalan akan dipungut retribusi Rp.15.000. Uniknya, retribusi ini disebut sebagai pengganti jasa ojek karena kendaraan pengunjung harus diparkir di tempat yang disediakan dan selanjutnya akan diangkut ojek (yang tidak lain adalah pemuda setempat) menuju lokasi Watu Jaran.

Kenapa harus berojek ria, dapatkah kita naik GoJek atau Grab yang lagi hits di Jogja? Jawabannya tidak bisa karena pertama, tidak ada GoJek atau Grab disitu 😀 Kedua, menurut petugas, tidak ada tempat parkir di sekitar TKP jadi kendaraan pengunjung harus diparkir di dekat pintu masuk utama. Ketiga,  ya memang itu aturan dari Desa Purwosari bahwa pengunjung harus naik ojek ke lokasi, kecuali kamu anaknya Pak Lurah, maka kamu bisa naik motor kamu sendiri sampai Watu Jaran 😀 Lebih unik lagi, parkir kendaraan masih dipungut lagi sebesar Rp.2.000 untuk sepeda motor.

Jika kalian ingin memasuki goa, maka kalian harus merogoh saku lebih dalam dan mengambil Rp.15.000 untuk membeli karcis masuk goa. Untuk memasuki gua eh goa (jadi orang jakarte nih), pengunjung diwajibkan untuk dibimbing guide goa dengan tarif sukarela.

Untuk memasuki lokasi ayunan langit, pengunjung tidak dipungut retribusi masuk lagi. Tapi kalian harus bayar Rp.20.000 jika kalian ingin naik ayunan itu. Yang Dolanmaning sukai di bukit Watu Jaran ini adalah adanya beberapa spot selfie berlatar bukit dan jurang dengan tarif gratis alias ndak mbayar. Berbeda dengan kawasan perpinusan di Bantul semacam Kediwung, Pengger, dll, kalian harus bayar untuk menggunakan spot selfie, baik itu bayaran sukarela atau yang telah ditentukan. Meski di Bantul, kita cuma perlu bayar parkir alias tanpa retribusi utama 🙂

Oke, langsung ke tujuan, Gua Kidang Kencono

Setelah membonceng ojek, kami sampai di Watu Jaran sebagai spot pertama, namun kami hanya berfoto-foto di atas batu karst yang berada di bawah bukit Watu Jaran. Kami sengaja tidak naik ke Watu Jaran karena destinasi pertama adalah goa Kidang Kencono. Selain itu kami juga sedang menunggu pak Guide Goa yang akan menemani kami untuk caving.

Sambil menunggu pak Guide, kami foto-foto di bawah Watu Jaran
Pak Untoro atau pak Guide (paling belakang)

Beberapa saat menunggu, pak Guide datang dan memperkenalkan diri sebagai Pak Untoro. Orangnya ramah tak pelit bicara sehingga suasana pagi itu lumayan cair. Ia memberitahu bahwa aka nada dua pengunjung lain yang akan bergabung. Tapi ternyata ada tambahan, jadi 4 pengunjung, sehingga total 6 penunjung akan memasuki goa bersama pak Untoro.

Menurut penjelasan beliau, jalur goa yang lumayan ‘bersih’ dan enak untuk dijelajahi hanya sepanjang sekitar 350m atau sekitar satu jam PP (tergantung jika kalian banyak berhenti). Sebenarnya kita bisa menerobos lebih dalam hingga tembus ke mulut goa di seberang sana, namun harus dengan persiapan khusus seperti membawa baju ganti karena akan melewati medan berlumpur pekat.

Pintu masuknya nih

Kami pun memilih rute ‘enak’ tersebut sama seperti 4 pengunjung lainnya. Setelah diberi penjelasan oleh guide dan memakai helm bersenter serta sepatu karet yang disediakan, kami pun mulai masuk ke pintu goa yang berbentuk seperti liang yang lebarnya hanya sekitar 2 meteran.

Meski terlihat kecil dari sisi pintu masuknya, ternyata setelah masuk ruangan gua tampak besar, setidaknya untuk ruang pertama. Suara gemericik air yang berasal dari sungai kecil bagai simfoni music di dalam gua. Hawa sejuk nan lembab seakan menegaskan bahwa kami sedang memasuki dunia lain.

Memasuki goa bersama para pejalan lainnya

Melangkah lebih jauh, kami terus menuruni batuan karst yang basah namun tak licin, hingga sampai ke trek ‘datar’. Sesekali kami harus jalan jongkok karena trek dan lorong menyempit atau sekadar menghindar dari stalagmit dan stalaktit.

Stalagmit dan stalagtit di Kidang Kencono masih dalam kondisi alami dan sebagian besar tampak meneteskan/ memproduksi air. Beberapa stalagmit membentuk ornament alami yang telah diberi nama tertentu. Ada yang bernama Ringin Kurung, ada pula yg unik bernama Soko Bentet yang merupakan pertemuan antara stalagmit dan stalagtit , dll.

Soko Bantet

Sepanjang trek penyusuran, pak guide tak henti bercerita dan menjelaskan tentang goa Kidang Kencono. Dari asal muasalnya, nama-nama spot di dalam goa dan cerita-cerita mistisnya.

Penyusuran kami berhenti di spot terakhir yang juga merupakan transisi antara trek ‘bersih’ dan trek berlumpur.  Jika kalian ingin mengeksplor lebih dalam, maka kalian bisa lanjut hingga tembus ke dusun sebelah.

 

In conclusion (halah :D),Goa Kidang Kencono ini adalah alternatif bagi kalian pecinta dolan yang membutuhkan wahana selain spot selfie. Kondisi goa yang masih alami menjadikan pengalaman baru dalam mepelajari kekayaan alam bumi pertiwi ini. Bagi kalian para pecinta alam, tentu saja goa ini bakalan menarik dan menembus sampai trek terakhir adalah suatu keharusan.

Helm, wajib dipakai

Bagi kalian yang suka selfie, bukit Watu Jaran yang terletak tak jauh dari goa menyediakan panorama sangat indah untuk bahan foto kalian. Tak melulu Ayunan Langit, di situ ada setidaknya dua spot yang bisa digunakan untuk selfie dengan efek wow. Jadi sekali mendayung dua pulau terlampaui, sekali masuk kawasan kalian bisa ke dua destinasi sekaligus.

Tips

Karena aktivitas menyusuri goa alias caving, hendaknya kalian memakai pakaian yang nyaman untuk bermanuver di dalam goa. Bawalah baju ganti setidaknya atasan jika diperlukan. Siapkan baterai cadangan untuk kamera kalian karena siapa tau kalian membutuhkannya. Gunakan helm yang telah disediakan untuk susur goa agar kepala kalian tidak bocor jika terantuk stalagtit.

Lokasi

Goa Kijang Innova, eh Kijang Kencono, dan Ayunan Langit Watu Jaran terletak di  desa Purwosari kecamatan Girimulyo kabupaten Kulon Progo. Akses menuju ke sini sangat mudah, kalian tinggal menyusuri jalan raya Jogja Godean menuju ke barat, menyeberangi sungai Progo, lalu perempatan Kenteng lanjut ke barat (ke arah goa Kiskenda). Setelah Kiskenda ada persimpangan, silahkan ambil kanan mengikuti petunjuk yang sudah ada. Sebenarnya ada rute lain, tapi sepertinya rute melewati Kiskenda adalah yang paling mudah.

Content Protection by DMCA.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: