Air Terjun Grenjengan Kembar, Pesona di Lereng Merbabu
Siapa yang menyangka jika kawasan Taman Nasional Lereng Gunung Merbabu (Jawa Tengah) memiliki ‘hidden beauty’ berupa air terjun. Meski kawasan Magelang memiliki aneka koleksi air terjun yang indah, yang satu ini tak kalah indah dan unik. Adalah air terjun Grenjengan Kembar yang terletak di dusun Citran, desa Muneng Warangan, kecamatan Pakis, Magelang, yang menyajikan pesona air terjun kembar, sesuai namanya, dibalik rimbunnya hutan pinus di lereng gunung Merbabu. Udara sejuk dan alaminya air terjun menjadi kesatuan yang istimewa dan siap membius siapa saja yang mengunjunginya. Meski tak setinggi air terjun Kedung Kayang di dekat Ketep Pass, Grenjengan Kembar tetap saja bagus dengan cirikhasnya sendiri, dua air terjun yang saling bersebelahan di satu tempat, dan lebih unik lagi salah satu air terjun memiliki aliran yang terbelah dan membuatnya memiliki dua air terjun dalam satu aliran.
Berawal dari ajakan sobat Dolanmaning yang juga penjaga Taman Nasional Gunung Merbabu, kami mengunjungi Grenjengan Kembar yang katanya cukup bagus di kawasan tersebut. Meski di daerah lereng Merbabu sedang hits Top Selfie Pinusan, toh mengunjungi destinasi alami bagi Dolanmaning lebih menarik daripada destinasi kontemporer, apalagi belum pernah. Hehehe.
Kami mengambil rute melewati Ketep Pass, menuju ke Kopeng, hingga akhirnya sampai di daerah Wekas (Jalan Raya Magelang – Salatiga) dan selanjutnya mblusuk-mblusuk lewat kampung hingga akhirnya sampai di dusun Citran.
Sepintas kami hanya memasuki kawasan dusun biasa, namun ternyata sudah ada banyak spanduk bertuliskan “Air Terjun Grenjengan Kembar”. Sekadar informasi, pengelolaan kawasan ini dilakukan oleh warga dibawah bimbingan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.
Saat memarkir motor di tempat parkir khusus wisatawan, tetiba seorang pemuda muncul dari balik pintu rumah di samping parkiran dengan teras berhias Honda CB150R edisi terbaru.
“Mau ke air terjun?” Tanya orang itu
“Iya, kenapa mas?” Jawab Dolanmaning.
“Bayar tiket 5.000 per orang.” Jawabnya dingin.
“Oke…” sambil merogoh kantong, Rp.10.000 berpindah tangan ke padanya untuk dua orang. Meski sobat Dolanmaning anggota TN Merbabu, dia tetap tertib tak mau nyelonong masuk.
Uniknya, belum sempat Dolanmaning bertanya tentang tiket retribusinya, pemuda ‘ramah’ tadi buru-buru pulang ke rumahnya dan mengunci pintu rapat-rapat. Terima kasih pun tak diucapnya. Sungguh menarik.
Sobat Dolanmaning pun hanya tersenyum sambil bilang, “Ya begitulah, harap maklum.” Meski harap maklum, praktik seperti itu sudah layak dan sepantasnya untuk dievaluasi.
Mari kita lupakan saja kejadian tersebut, saatnya dolan ke destinasi yang sudah direncanakan. Menuju ke lokasi air terjun, pejalan akan melewati jalan kampung dan jalan kebun, sebelum memasuki kawasan hutan pinus. 30 meter dari parkiran, kami menjumpai semacam gang atau lorong berhiaskan payung-payung bergelantungan. Ternyata pengelola juga sudah kekinian dengan menyediakan spot foto seperti di yang sedang hits di daerah lain.
Udara sejuk
Udara yang segar dan lumayan bersih membuat langkah kaki terasa ringan terlebih jalan setapak pun sudah dibeton. Memasuki kawasan vegetasi pinus, suasana hutan taman nasional pun terasa dengan banyaknya papan informasi dan papan peringatan. Sayangnya papan-papan terebut telah menjadi media vandalisme.
Sekitar 20 menit kami melangkah santai hingga akhirnya melihat sang kembar di ujung jalan setapak. Siang itu tak ada pejalan lain hingga tak ada suara hiruk pikuk manusia di Grenjengan Kembar. Suara gemuruh air terjun terdengar merdu, sesekali burung-burung liar menimpalinya dengan kicauan.
Di sisi kanan adalah air terjun pertama yang terbelah dua karena sebuah batu di bibir air terjun. Konon air terjun pertama ini memiliki ketinggian sekitar 12 meter. Di sisi kanan adalah kembarannya, dengan satu aliran air terjun bagai tirai yang menutup dinding hijau tebing yang menyangganya. Air terjun di sebelah kanan ini konon memiliki ketinggian sekitar 18 meter.
Hijau tebing dan asrinya lokasi air terjun menjadikan mata ini betah memandanginya. Bagi Dolanmaning, air terjun Grenjengan Kembar bisa dibilang masih lumayan alami meski tak begitu tinggi, maka dari itu bolehlah Dolanmaning menyebutnya pesona di lereng Merbabu 🙂 Semoga saja dengan lokasinya di kawasan konservasi akan menjadikan tempat ini tetap alami.
Di atas air terjun adalah hutan pinus yang terbelah aliran sungai Cebong dan menjadi air terjun di bawahnya. Saat itu banyak sampah alam yang berserakan di sekitaran air terjun. Mungkin karena sedang mulai musim hujan, debit air semakin banyak dan mulai menyapu ranting-ranting yang tersangkut di sepanjang sungai.
Soal fasilitas, di kawasan air terjun sebenarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa menjadi tempat wisata. Di kawasan air terjun sudah terdapat WC umum meski kebersihannya menakutkan. Ada juga bangunan warung yang sepertinya hanya buka saat hari libur atau ramai pengunjung.
Sayangnya, tempat untuk sekadar duduk dan melepas lelah belum ada di sini. Mungkin ke depan bisa dibangun bangku semi permanen untuk para pejalan yang membutuhkan bangku.
Lokasi
Menuju ke air terjun ini sebenarnya tidaklah sulit. Akses utama ke dusun Citran bisa diakses dari jalan raya Magelang – Salatiga. Dari arah Magelang, tepatnya di daerah kecamatan Pakis, sudah terdapat petunjuk ke air terjun Grenjengan Kembar. Nah, tinggal ikuti papan petunjuknya.
Selamat Dolanmaning!