Jurang Pulosari: Idola Baru di Bantul
Saat dolanmaning sedang main ke Desa Wisata Krebet, Kecamatan Pajangan, Bantul, mata ini sempat terganggu pada sebuah plang kecil menunjuk ke sebuah air terjun bernama Jurang Pulosari. Lama tak menyambangi Bantul membuat dolanmaning penasaran terlebih di plang tersebut terpampang foto air terjun yang cukup photogenic dengan air yang mengalir di atas tirai stalagtit. Meski tak terlihat besar, namun cukup wah untuk mata yang haus akan keindahan dan kesejukan alam.
Namun kali itu, dolanmaning memilih untuk menuju sebuah pengrajin batik kayu di desa Krebet untuk sebuah urusan. Sambil cari tahu ke penduduk setempat dan blog walking, dolanmaning menyadari bahwa tempat ini sudah cukup terkenal di jagad maya, baik di dunia blog maupun Instagram. Memang jika dilihat-lihat di Instagram, tagar Jurang Pulosari lumayan banyak dipakai untuk menandai keberadaan IGers di air terjun ini. Banyak juga foto para pehobi sepeda yang berpose di air terjun itu.
Selesai urusan di Desa Wisata Krebet, dolanmaning ditemani sepupu langsung meluncur menuju ke Jurang Pulosari di selatan Desa. Tak sulit mencapai destinasi ini karena banyaknya plang yang siap menuntun Masbro-Mbaksist menuju parkiran hingga ke titik air terjunnya.
Hari itu adalah Sabtu saat dolanmaning menyambangi Jurang Pulosari, dan sampai di parkiran pandangan mata tertuju pada puluhan sepeda motor yang terparkir di depan sebuah rumah dan juga di lapangan kecil. Ternyata minat warga Jogja dan sekitarnya untuk ke tempat ini sangat tinggi terlihat dari banyaknya kendaraan yang terparkir di situ. Selain itu keberadaan papan petunjuk jalan seakan menunjukkan bahwa tempat ini sudah dikelola sebagai tempat wisata. Kawasan sekitar juga bisa digunakan untuk outbond yang menurut informasi dapat dilakukan di sekitar sungai di atas air terjun.
Perjalanan dari parkiran menuju ke air terjun agak sedikit ‘menantang’ kaki, apa lagi jika kalian datang di saat terik. Wisatawan harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak dan menyusuri tangga batu menuju ke air terjun. Pengelola sudah menyediakan trap-trap anak tangga yang rapi namun alami dengan pegangan bambu dipinggirnya. Perjalanan menjadi lebih sejuk setelah memasuki kebuh yang cukup rindang yang terbelah oleh tangga turun menuju aliran sungai yang akan menjadi air terjun.
Di ujung kebun, perjalanan disambut jembatan bambu yang sederhana nan original. jembatan ini menyeberangi sungai yang mengalir menuju ke air terjun yang tak jauh lagi. Tak jauh, sungai tampak dibendung sedemikian rupa dan saat itu dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain air. suara gemericik air terjun pun mulai terdengar berpadu dengan riuh celoteh manusia.
Untuk menggapai pelataran air terjun sangatlah mudah karena masyarakat setempat sudah menyusun anak tangga batu sedemikian rupa agar mudah diakses. “WOW”, ekspresi pertama dolanmaning melihat keramaian di bibir kolam air terjun. Maka tak mengherankan jika sebelumnya terdengar suara riuh tawa dan celoteh yang berpadu dengan gemericik air. Jika dihitung, mungkin siang itu terdapat sekitar 100an wisatawan yang sedang menikmati keindahan Jurang Pulosari.
Beberapa lapak makanan berdidi di sisi sungai dan siap melayani perut dan dahaga wisatawan. Bisa dibilang kegiatan wisata di lokasi ini membawa berkah bagi penduduk sekitar yang mencoba berjualan. Dari pantauan dolanmaning, sudah ada lapak sate yang tampak mengepulkan aroma sedap, selain itu juga terdapat jualan standar seperti mi instan atau sekadar teh, kopi dan aneka minuman instan dari kemasan. Soal harga masih wajar untuk ukuran di situ. Lapak-lapak ini juga menyediakan penyewaan ban pelampung jika kalian ingin bermain air di bawah air terjun.
Setelah celingak-celinguk mencari tempat nongkrong untuk menikmati pemandangan air terjun dan menikmati suara gemericik air, akhirnya dolanmaning dapat “tempat duduk” di atas sebuah batu besar yang berada di seberang air terjun.
Keunikan air terjun ini tidak lain adalah stalagtit yang berbentuk seperti tirai yang membuat air menyebar di sela-sela tirai dan jatuh bersamaan menjadi gemericik. Meski tak tinggi, hanya sekitar 4-5 meter, namun keindahan ‘tirai’ Jurang Pulosari sangat menawan dan terbukti sudah banyak foto keindahan curug ini yang bertaburan di dunia maya. Banyaknya wisatawan yang kebanyakan remaja menjauhkan dari kenikmatan menikmati alam. Inilah konsekuensi dari booming-nya sebuah destinasi. Kadang kealamian menjadi tidak alami karena keberadaan manusia, namun di sisi lain, ini menjadi berkah bagi para pedagang dan penduduk yang mencoba mengais rejeki.
Agak untuk mengambil gambar air terjun yang ‘bersih’ dari obyek lain selain air terjun pada siang itu. Beberapa orang tampak nongkrong di bawah tirai air terjun dan anak-anak bermain air dengan ban di ‘kolam’ sungai yang ada di bawah air terjun. Akhirnya dolanmaning dapat momen saat meninggalkan lokasi dimana hanya ada satu anak sedang bermain ban di bawah air terjun. Inilah satu-satunya foto yang relatif ‘bersih’ dari obyek lain.
Well, saran dolanmaning untuk masbro dan mbaksist yang ingin melihat ketenangan tempat ini, maka bisa datang di hari biasa. Menariknya, tidak ada pungutan retribusi masuk lokasi wisata seperti layaknya tempat wisata. Di sini, kalian hanya akan dipungut bea parkir sebesar Rp.2000 untuk sepeda motor atau Rp.5000 (jika tidak salah) untuk mobil.
Daerah Pajangan selama ini hanya terkenal sebagai sentra desa wisata kerajinan, tapi nyatanya, salah satu desa di kecamatan ini juga menyimpan sebuah keindahan curug. Membahas masalah curug, tentu para wisatawan akan lebih mengenal Sri Getuk di Gunung Kidul atau Grojogan Sewu di Kulon Progo yang semakin kondang. Jurang Pulosari membuktikan jika Kabupaten Bantul tidak hanya Parangtritis tapi ada pula curug yang layak disambangi.
Menuju ke lokasi ini harus dengan kendaraan pribadi atau sewaan. Masbro dan Mbaksist dapat menyusuri Jalan Bantul menuju ke arah ibukota Bantul, sebelum memasuki kota (perempatan Masjid Agung) silahkan belok ke kanan dan mengikuti plang ke arah Selarong. Mendekati Selarong, kalian akan menjumpai plang “Desa Wisata Krebet” dan ikutilah plang tersebut hingga ke Krebet. Silahkan bertanya kepada penduduk bila kalian bingung 😀
Selamat dolanmaning ke Bantul.