Stone Garden Padalarang: Kembali ke Prasejarah

Stone Garden Padalarang: Kembali ke Prasejarah

Batuan karst aneka ukuran menyembul dari balik tanah di sebuah bukit kecil yang terletak di kawasan perbukitan kapur. Menurut beberapa referensi, tempat ini dulunya adalah dasar danau purba yang kini berada di puncak bukit. Kekayaan sejarah di kawasan ini juga terdapat di bawah bukit, tepatnya di Goa Pawon karena di sini ditemukan fosil manusia purba yang konon adalah nenek moyang orang Sunda.

Taman Batu atau yang sering disebut Stone Garden Padalarang adalah sebuah destinasi yang kini semakin kondang di jagad maya baik itu di dunia blog maupun sosmed. Kombinasi keindahan perbukitan kapur dan eksotisme batuan di kawasan ini menghasilkan pemandangan yang panoramic yang memikat para wisatawan untuk mengabadikannya dengan kamera. Apa lagi saat tren selfie yang sedang booming menjadikan tempat ini semakin terkenal.

Sebuah ajakan dari seorang kawan memulai perjalanan Dolanmaning untuk mengikuti open trip ke Stone Garden Padalarang yang diselenggarakan oleh sebuah trip organizer bernama Rekreatif pada akhir pekan, 11 April 2015. Berangkat dari kawasan UKI Cawang pada jam 06:30, Dolanmaning dan 18 pejalan lainnya menuju ke lokasi melewati tol Cipularang menuju ke Padalarang. Stone Garden, yang aslinya bernama Taman Batu, berada di Kampung Girimulya Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kab.Bandung Barat, Jawa Barat.

Goa Pawon dan Stone Garden

Mendekati lokasi, saya menjumpai beberapa plang bertuliskan Goa Pawon dan Taman Batu. Memang dua tempat ini adalah paket yang harus dikunjungi jika bro-sist ke mari. Beberapa sepeda motor telah terparkir rapi di pelataran parkiran Goa Pawon (atau disebut juga Guha Pawon) yang berada tak jauh dari parkiran. Meskipun masih pagi, rupanya sudah ada pejalan yang menyambangi destinasi ini. Tarif masuk ke kawasan Goa Pawon adalah Rp.5.500 per orang.

Langit biru dan terik matahari mulai terasa, sebuah hari yang pas untuk travelling meskipun sempat mendung di awal hari. Saya dan rombongan memutuskan Stone Garden sebagai perhentian pertama dan Goa Pawon setelahnya.

Menuju Taman Batu
Menuju Taman Batu

Perjalanan dari parkiran menuju ke Stone Garden bagai pendakian dadakan karena lokasi Stone Garden yang diatas bukit mengharuskan kami untuk mendaki bukit kecil yang kira-kira berjarak 300 meter. Untung saja hari itu terang karena jika hujan trek ‘pendakian’ akan menjadi licin. Disarankan agar bro-sist menggunakan sepatu atau sandal gunung agar mendukung kenyamanan pendakian.

Jalur "pendakian"
Jalur “pendakian”

Jika kalian haus saat mendaki, jangan khawatir karena di ujung pendakian terdapat komplek lapak yang siap menyajikan kelapa muda maupun aneka minuman kemasan 😀 Ini tak pernah kami bayangkan karena kami mengira ujung jalur pendakian ini adalah stone garden. Dan ternyata ada semacam “pos” berbentuk lapak sebelum kami sampai di destinasi.

Pungutan uang kebersihan
Pungutan uang kebersihan

Tak jauh dari lapak, sekitar 50 meter, adalah lokasi stone garden. Sebelum masuk ke kawasan, pejalan diwajibkan membayar sumbangan untuk pengelolaan kawasan sebesar Rp. 3000 per orang sekaligus mengisi buku tamu. Setelah membayar, kami pun sampai di hamparan batu dan rumput yang tampak eksotis muncul dari balik tanah. Batu-batu purba aneka ukuran yang mengingatkan saya pada situs batu purba di Maros, Sulawesi Selatan, dan Gunung Api Purba Nglanggeran di Gunungkidul, DIY.

Sebelum kami ternyata sudah banyak pejalan dan mereka tampak asik berselfie ria di atas bebatuan. Terlihat aneh dan lucu saat melihat tingkah polah para pejalan tersebut, seakan kita kembali ke jaman batu seperti di film Flinstone 😀

Kawasan yang berteras dengan luas sekitar 2 hektar di ketinggian sekitar 900mdpl memang sangat fotogenic. Sepertinya inilah salah satu alasan bila foto-foto tempat ini bertaburan di media sosial. Kalian bisa memilih spot foto sesuai selera kalian, dari yang berlatar belakang hambaran lembah, foto dengan alang-alang yang berbunga, foto di depan batu raksasa, foto di tengan gugusan batu atau berfoto di atas batu raksasa. Salah satu favorit pejalan adalah berfoto di atas batu bernama Batu Panyawangan dimana kalian bisa menaiki batu raksasa dan berfoto diatasnya dengan latar belakang pemandangan.

Silahkan cek foto-fotonya 😀

 

Puas di pelataran Stone Garden, kami kembali ke parkiran untuk beristirahat di pendopo dan perjalanan berlanjut ke Goa Pawon. Goa prasejarah yang sekarang dihuni kelelawar bagai museum alami karena di sini terdapat replika fosil manusia purba yang ditemukan. Meskipun bau kotoran kelelawar dan beraroma mistis kuat, goa ini memiliki keindahan stalagmit. Terlebih di dalam goa terdapat semacam halaman berdinding kapur nan tinggi yang berbentuk seperti jendela. Ini pun sangat pas untuk dijadikan background foto.

Meskipun sudah terkenal seperti sekarang, pengelolaan wisata di kawasan ini masih terkesan setengah hati. Tak seperti baliho yang memuat gambar Bupati dan Gubernur yang bertebaran menuju lokasi, toilet umum hanya satu untuk unisex dan itupun milik mushola warga, bukan didirikan di kawasan wisata. Setidaknya toilet umum dapat dibuat di dekat pendopo parkiran tempat para pejalan beristirahat.

Baliho Aher dan Abubakar
Baliho Aher dan Abubakar

Pemandangan perbukitan di sekitar Stone Garden saat ini masih cukup hijau meskipun penambangan kapur di beberapa bukit terkesan merusak pemandangan. Bagaimana tidak, bukit yang hijau tampak terbelah karena di keruk dengan alat berat untuk ditambangan kapurnya. Memang kawasan Padalarang ini adalah sentra pertambangan kapur dan marmer. Di beberapa titik terlihat asap hitam dari pabrik pengolahan kapur.

Tambang Kapur
Tambang Kapur

Maka dari itu, silahkan berkunjung ke Stone Garden selagi alam dan perbikitan masih hijau. Bila kalian haus, lapak makanan di dekat Stone Garden menyediakan kelapa muda yang lumayan murah dibandingkan harga di Jakarta.

Selamat Dolan Maning!

Content Protection by DMCA.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: