Heritage Walk Kota Tua Jakarta #part 7: Pelabuhan Sunda Kelapa
Akhirnya dolanmaning dan kawantrip sampai di pelabuhan Sunda Kelapa setelah melewati enam destinasi sejarah di kawasan kota tua, yaitu stasiun Beos, taman Fatahillah, jembatan Kota Intan, galangan VoC, menara Syahbandar dan museum Bahari.
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu idola dunia wisata di ibukota. Para wisatawan mancanegara pun banyak yang mengagendakan perjalanan mereka menuju ke pelabuhan bersejarah ini.
Pelabuhan Sunda Kelapa bagai saksi bisu sejarah Jakarta karena pelabuhan ini telah ada jauh sebelum datangnya eropa ke Nusantara. Menurut Wikipedia, pelabuhan ini telah dipakai sejak jaman Hindu-Buddha yaitu di masa kekuasaan Tarumanegara (abad ke-5) dan disebut sebagai Sundapura. Pada jaman ini pula, pelabuhan Sunda Kelapa dulu mulai dikenal dengan nama pelabuhan Kalapa.
Masa kejayaan pelabuhan ini tercatat pada abad ke-12 di bawah pemerintahan kerajaan Sunda dimana kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India dan Timur Tengah membawa komoditasnya ke pulau Jawa untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Nama Sunda Kelapa sendiri sejatinya adalah nama Jakarta sebelum tahun 1527 karena pada tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah berhasil mengalahkan portugis dan menguasai kembali Sunda Kelapa. Setelah peristiwa tersebut, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kota kemenangan (Bahasa Sansekerta).
Pada abad ke-16, Jayakarta diporakporandakan oleh belanda dibawah komando Jan Pieterszoon Coen dan nama Jayakarta pun diganti menjadi batavia. Pemerintah kolonial belanda melakukan pengembangan pelabuhan Sunda Kelapa dan tercatat pada tahun1817, belanda memperpanjang kanal menjadi 1.825 meter dari sebelumnya 810 meter (Wikipedia). Pada jaman kemerdekaan, pelabuhan diperluas lagi hingga kanal memiliki panjang 3.250 meter.
Hingga tahun 1942, penjajah jepang mengganti nama Batavia menjadi Jakarta seperti yang digunakan sekarang. Selanjutnya pada jaman Pak Harto, nama Sunda Kelapa digunakan lagi sebagai nama pelabuhan yang dulu dikenal sebagai pelabuhan Kalapa. Tak tanggung-tanggung, penamaan pelabuhan ini diformalkan dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D.IV.a.4/3/74 pada 6 Maret 1974 (Wikipedia).
Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa digunakan sebagai pelabuhan utama untuk kapal-kapal pendistribusi barang konsumsi antar pulau. Bentuk kapal yang semi tradisional karena sebagian besar berbahan kayu tampaknya menjadi obyek fotografi yang menarik.
Kapal-kapal yang berjejal dalam sandarannya dibingkai dengan apik dalam frame foto. Iseng-iseng dolanmaning memasukkan kata Sunda Kelapa di laman pencari simbah Google, maka aneka foto artistik bermunculan. Tak hanya mereka yang berhobi fotografi, Sunda Kelapa juga menjadi magnet wisatawan mancanegara untuk berkunjung kemari. Buku Lonely Planet pun memasukkan Sunda Kelapa dalam referensi wisata Jakarta.
Di Pelabuhan Sunda Kelapa ini dolanmaning menikmati aktivitas bongkar muat barang di kapal-kapal yang sedang bersandar. Debu, angin dan terik menjadi teman jalan kami siang itu, namun pemandangan indah barisan kapal menjadi obat rindu kami pada perjalanan.
~seri Heritage Walk selesai di sini~
Terima kasih sudah membaca ya masbro dan mbaksist. Kenali sejarah kotamu dan cintai negerimu.
Salam dolanmaning!