Menunggu Senja di Candi Abang

Menunggu Senja di Candi Abang

Langkah kaki ini disambut pepohonan yang meranggas bagai musim gugur. Dari sela-sela ranting terpancar berkas sinar mentari sore yang tampaknya akan segera pulang ke peraduan. Perburuan Dolanmaning pada senja dan matahari terbenam berlanjut ke bagian lain di daerah istimewa Yogyakarta. Setelah sebelumnya senja tertangkap di bukit Gupit, Parangtritis, kali ini Dolanmaning memburu mentari terbenam di kawasan kecamatan Berbah, Sleman, tepatnya dari sebuah situs sejarah berbentuk seperti piramida bernama candi Abang.

Pertama kali mendengar candi Abang, pikiran Dolanmaning langsung tertuju ke candi Ijo yang terletak di kecamatan Prambanan. Hal ini karena ada kemiripan nama yang berasal dari unsur warna (ijo dan abang).  Namun setelah berselancar di dunia maya, ternyata candi Abang berada di daerah barat, tepatnya di desa Jogotirto,  kecamatan Berbah, Sleman, DIY. Uniknya, situs sejarah yang bernama candi Abang ini ternyata kini tak ada bangunan candinya, karena hanya berbentuk gundukan kecil saja.  Lho, koq bisa dinamakan candi jika demikian?

Candi Abang
Candi Abang

Sejarah

Daerah Prambanan (kabupaten Sleman dan Klaten), Kalasan dan Berbah (kabupaten Sleman) sangat kaya akan peninggalan sejarah berupa candi atau artefak-artefak peninggalan kerajaan Hindu di masa lalu. Tak cuma Hindu, kerajaan Buddha pun memiliki jejak di kawasan tersebut. Peninggalan kerajaan Hindu yang paling kondang adalah candi Prambanan, selain itu masih ada candi Sambisari, candi Kalasan, petilasan Ratu Boko, candi Ijo, dll. Sedangkan unsur Buddha dapat dilihat di candi kembar Plaosan.

Begitu pula dengan candi Abang yang letaknya agak ‘menjauh’ dari kawasan Prambanan dan sekitarnya, candi ini adalah peninggalan kerajaan Mataram Hindu kuno. Penelitian dan ekskavasi di situs menghasilkan penemuan-penemuan dan kesimpulan bahwa candi Abang bercorak Hindu. Salah satu penemuan dari ekskavasi tersebut adalah penemuan arca dan Yoni.

Yoni yang ditemukan di candi Abang
Yoni yang ditemukan di candi Abang

Dibandingkan dengan candi Hindu di kawasan Prambanan dan sekitarnya, candi Abang berbeda dengan yang lain karena usianya dan material bangunannya. Abang dibangun sekitara abad ke-9 hingga ke-10 masehi dan jika candi Prambanan atau candi lain yang dibangun menggunakan batuan andesit maka Abang menggunakan batu bata. Oleh karena itu, candi ini dimanakan candi Abang dimana abang dalam Bahasa Jawa berarti merah.

Keunikan lain dari candi Abang adalah bentuknya. Para ahli memperkirakan jika Abang berbentuk piramida. Ukuran alas candi diperkirakan sebesar 36 x 34 meter. Maka dari itu gundukan yang terlihat sekarang diperkirakan adalah bangunan candi yang sudah rusak dan tertutup tanah hingga ditumbuhi rerumputan.

Dolanmaning sempat melihat sebuah ceruk di badan gundukan dan di situ terlihat tumpukan batu bata yang sudah tak berbentuk sempurna. Oleh karena itu, meskipun kini bangunan candi sudah tidak terlihat alias sudah rusak, namun sejarah mencatat bahwa di lokasi ini adalah bekas candi.

Batu bata yang masih terlihat di bawah gundukan
Batu bata yang masih terlihat di bawah gundukan

Cukup disayangkan karena peninggalan nenek moyang kita ini sekarang sudah rusak, seandainya candi ini masih berbentuk, mungkin arsitekturnya tak kalah cantik dibandingkan Prambanan atau Plaosan.

Pepohonan yang meranggas serasa di musim gugur :D
Pepohonan yang meranggas serasa di musim gugur 😀

Atraksi

Sebagai destinasi wisata, candi Abang menawarkan pesona matahari terbenam atau yang dalam Bahasa bule disebut sunset. Pemandangan matahari terbenam dari atas gundukan candi konon sangat eksotis jika tidak mendung atau berawan. Selain itu sensasi menonton sunset dari atas gundukan candi tentu akan terasa berbeda.

Wisatawan di atas gundukan
Wisatawan di atas gundukan

Beberapa pasang wisatawan sudah tampak menikmati suasana di sekitar gundukan saat Dolanmaning sampai di sini. Meskipun matahari masih terik di sekitaran pukul 16:30 WIB, wisatawan tersebut tampak asik menunggu mentari terbenam.

Meskipun semakin sore semakin banyak wisatawan, Dolanmaning sempat berfoto di atas gundukan dan pemandangan gundukan yang kering sepintas seperti bukan di daerah Yogyakarta.

Crew Dolanmaning di atas gundukan
Crew Dolanmaning di atas gundukan

Sore itu ufuk barat diselimuti awan hingga sunset pun tak terlihat sempurna. Matahari sudah menghilang dari pandangan saat ia masih agak terik bersinar.  Apa boleh buat karena awan telah menghalangi pemandangan. Mungkin lain kali Dolanmaning akan kembali ke sini untuk momen sunset yang lain.

Panorama menjelang sunset
Panorama menjelang sunset

Lokasi dan Akses

Candi Abang berada di Dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Akses bisa dari kota Jogja dapat melalui jalan Wonosari atau jalan Solo. Bila kalian lewat jalan Wonosari, maka kalian harus belok kiri menuju ke arah Prambanan di persimpangan pasar Piyungan.  Sekitar 6,5 kilometer dari persimpangan Piyungan tadi, kalian akan menjumpai plang ke kiri (barat) menuju ke candi Abang. Jika kalian datang dari jalan Solo, maka kalian bisa belok kanan di pertigaan pasar Prambanan (sebelum candi Prambanan) menuju ke araha Piyungan. Delapan kilometer dari pertigaan pasar Prambanan, di sebelah kanan, kalian akan menjumpai papan petunjuk ke candi Abang.  Silahkan mengikuti petunjuk tersebut ke arah candi Abang.

Ranting kering
Ranting kering

Tidak ada retribusi ke kawasan ini alias gratis. Wisatawan hanya dipungut biaya parkir oleh pemuda setempat.

Selamat Dolanmaning!

Content Protection by DMCA.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: