Kopi Sulingan, kopinya Kulon Progo
Udara dingin mulai menyusup dibalik jumper saat sepeda motor mulai mananjak melewati dataran tinggi Menoreh. Siang yang cerah tak membuat udara menghangat. Jalan berkelok membuat perjalanan ini semakin menyenangkan dengan pemandangan tebing dan jurang. Sudah lebih dari 30 kilometer kedua tangan memainkan gas dan kopling, tanda jika destinasi sudah cukup dekat hingga mata melihat tanda “House of Kopi Sulingan” tergantung di depan rumah. Dan sampailah Dolanmaning di tempat pengolahan kopi varietas lokal Menoreh, yakni Kopi Sulingan khas Kulon Progo, Yogyakarta.
Sepintas tidak ada yang spesial dari lokasi ini, hanya rumah biasa seperti yang ada di daerah pedesaan Kulon Progo. Pintu terbuka namun tak tampak aktivitas manusia, hanya suara kambing mengembik di depan rumah itu.
“kulonuwun….” Dolanmaning memanggil si empunya rumah, dan dari dalam muncul wanita sepuh yang menyambut dengan ramah.
“monggo mas” seru wanita itu.
“nopo mriki sade kopi sulingan, Bu?”
“inggih leres mas”
Dan terkonfirmasi sudah memang benar ini lokasi tangan pertama alias peracik kopi Sulingan.
“bade ngunjuk ten mriki nopo mboten? Menawi bade ngunjuk mboten wonten tiange ingkang ndamel kopi” kata ibu itu.
“lha ten pundi ingkang ndamel kopi?”
“nembe medal mas”
“dangu?”
“mboten ngertos.”
Dari perbincangan dengan ibu itu, ternyata si pengolah kopi sulingan merangkap barista sedang pergi keluar dan tidak diketahui kapan ia balik sehingga tidak dimungkinkan untuk minum kopi di situ. Apes ki! 😀
Dibalik pintu rumah itu terdapat beberapa sak plastik biji kopi yang sudah kering dan siap di sangrai, dengan mesin penyangrai di sampingnya. Di ruang tamu rumah ini pula terdapat bangku dan meja panjang yang tampaknya dijadikan tempat untuk ngopi. Sepertinya memang tempat ini sudah dijadikan semacam kafe untuk mereka yang ingin mencoba Kopi Sulingan.
Di sebuah media mainstream, Dolanmaning sempat membaca jika si barista itu bernama Mas Kelik yang tidak lain adalah putra ibu itu. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada Mas Kelik, namun karena tidak ada Dolanmaning sempat bertanya-tanya ke si Ibu, namun tak banyak informasi detil yang bisa beliau sampaikan.
Proses tradisional
Kopi Sulingan berasal dari kebun kopi yang berada di desa ini dan menghasilkan baik biji arabika maupun robusta. Pengolahan kopi ini mendapatkan pasokan biji kopi langsung dari para petani di desa Jatimulyo.
Setelah dipanen dan dipilih biji pilihan, proses selanjutnya adalah proses fermentasi dimana biji kopi direndam semalam sebelum digiling untuk memisahkan kulitnya. Setelah terpisah, biji dicuci lagi hingga bersih dan kemudian dikeringkan di bawah terik mentari. Baru setelah kering benar, proses penyangraian atau Bahasa bule-nya roasting dilakukan.
Selanjutnya, kopi dikemas dalam kemasan 100 gram dan dibandrol Rp.20.000 (robusta). Saya sebenarnya ingin mencoba yang arabika, namun saat itu stok habis. Karena si Barista sedang keluar, maka Dolanmaning pun tak bisa mencicipi langsung kopi Sulingan. Dolanmaning hanya membeli beberapa bungkus untuk dikonsumsi sendiri dan untuk souvenir.
Jatimulyo pelestari burung
Kopi Sulingan bisa dibilang khas desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, Kulon Progo. Sulingan sendiri adalah nama burung yang berhabitat di desa ini. Desa Jatimulyo sendiri adalah desa ramah burung dan warga bersama aparat desa telah membuat peraturan untuk melindungi dan melestarikan buruh tersebut. Bisa dibilang, burung Sulingan (Cyanoptila cyanomelana) atau dalam Bahasa Jawa disebut Tledekan adalah maskot desa ini.
Selain memiliki burung khas, desa Jatimulyo juga memiliki kebun kopi yang sudah ada sejak lama. Dengan ketinggian yang lumayan, daerah Jatimulyo memiliki kebun kopi Arabika maupun Robusta.
Menariknya, kecamatan Girimulyo sebenarnya lebih dikenal sebagai kawasan wisata alam daripada wisata kopi. Di kecamatan ini terdapat beberapa destinasi yang sudah kondang seperti Taman Wisata Sungai Mudal, Taman Wisata Kembang Soka, Goa Kiskendo dll.
Setiba di rumah, lidah ini tak sabar untuk mencoba kopi Sulingan. Dari seduhan pertama, aroma kopi robusta ini sangat harum semerbak sungguh nikmat. Rasanya…? Mantap, dan rasa asam tak terasa kuat. Konon, kopi ini akan lebih nikmat jika dinikmati dengan kudapan khas Kulon Progo bernama Geblek.
Jadi jika kalian merencanakan wisata ke daerah Girimulyo, tak ada salahnya untuk mencicipi kopi Sulingan, kopi khas Menoreh, Kulon Progo. Inilah petanya:
Baca juga tulisan tentang kopi lainnya, Kopi Kemiren kopinya Banyuwangi.