Melihat Indonesia melalui Kereta Api Bisnis dan Ekonomi

Melihat Indonesia melalui Kereta Api Bisnis dan Ekonomi

Kaki-kaki bermunculan melintang di sepanjang koridor, tubuh-tubuh teronggok sembarangan menjadikan sepintas ruangan ini seperti barak pengungsian, namun tempat ini begitu sejuk oleh AC tak seperti barak yang biasanya seadanya. Ini bukan barak tapi gerbong kereta api kelas bisnis Senja Utama jurusan Pasar Senen – Yogyakarta.

Lama tak menggunakan kereta api bisnis membuat dolanmaning bertanya-tanya karena konon kereta bisnis sekarang ber-AC dan tak ada lagi penumpang berdiri seperti beberapa tahun lalu. Memang dulu kelas bisnis tak ubahnya kelas ekonomi karena perusahaan kereta api menjual tiket tanpa tempat duduk. Hasilnya para penumpang tanpa tempat duduk pun bebas mengokupansi koridor dengan cara berbaring atau duduk-duduk di sepanjang koridor hingga kawasan kamar kecil. Pada ujungnya, kenyamanan penumpang pun dikorbankan.

Situasi gerbong kelas bisnis Senja Utama Pasar Senen - Yogyakarta
Situasi gerbong kelas bisnis Senja Utama Pasar Senen – Yogyakarta

Meminjam istilah komedian Tukul Arwana, kondisi tersebut sangat sangat ‘katrok’ alias kampungan.
Setelah reformasi tata kelola perkeretaapian kondisi pelayanan dan kenyamanan membaik, tak ada lagi penjualan tiket tanpa tempat duduk dan semua kelas diberi fasilitas AC. Durasi perjalanan pun semakin tepat waktu seiring penerapan rel ganda.

Namun sepertinya ‘kebiasaan’ beberapa penumpang masih terbawa masa lalu. Modernisasi layanan dan fasilitas tak bisa diimbangi oleh modernisasi kelakuan beberapa penumpang ‘katrok’ yang masih terbawa seperti tidur sembarangan di koridor gerbong. Di kereta Senja Utama, tak lama setelah pengecekan karcis, sebagian penumpang mulai menggelar kertas koran untuk dijadikan alas tidur. Hasilnya aneka kaki bermunculan dari balik bangku, melintangi koridor seperti yang terlihat di foto di atas.

Kondisi kelas bisnis ini juga kurang lebih sama bila dibandingkan kelas ekonomi seperti kereta Gajah Wong jurusan Yogyakarta – Pasar Senen. Beberapa penumpang tampak dengan santai berbaring membujur di koridor gerbong. Koridor yang sempit pun makin sempit karena keberadaan penumpang katrok tersebut. Aktivitas petugas yang beroperasi dan penumpang yang hendak ke toilet pun semakin sulit apalagi jika mata ngantuk, bukan tidak mungkin ada yang tersandung tubuh atau kaki orang.

Situasi gerbong kereta ekonomi Gajah Wong
Situasi gerbong kereta ekonomi Gajah Wong

Di sisi lain, tidak terlihat penindakan dari petugas KA dan pengganggu kenyamanan ini dibiarkan begitu saja. Memang ini lah potret Indonesia, sepertinya memang susah untuk menjadi negara yang tertib dan nyaman karena masih ada saja penduduknya yang tidak bisa menghormati ketertiban dan kenyamanan umum. Meski melelahkan untuk duduk selama lebih dari delapan jam di kereta, tapi pilihan untuk mengokupansi ruang publik berupa koridor gerbong adalah suatu tindakan yang salah dan merugikan orang lain.

Pejalan yang bijak tentunya tidak akan melakukan praktik semacam itu. Bagaimana dengan kamu?

Content Protection by DMCA.com

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: