Heritage Walk Kota Tua Jakarta #part 3: Jembatan Kota Intan
Menyambung tulisan sebelumnya mengenai Heritage Walk Kota Tua Jakarta #part 2: Taman Fatahillah, dolanmaning dan kawantrip (kawan ngetrip) dari komunitas Anti-Maintrip melanjutkan jalan kaki menyusuri jalan Cengkeh di utara gedung Pos untuk menuju destinasi ketiga yaitu Jembatan Kota Intan.
Jembatan ini terletak di sudut Jl. Kali Besar Timur dan Jl. Kali Besar Barat, Pademangan, Jakarta Barat, atau persisnya di dekat terminal kota tua. Jembatan dibangun pada tahun 1628 dengan nama asli Engelse Burg yang berarti jembatan inggris karena di dekatnya ada benteng inggris. Uniknya, jembatan angkat ini telah beberapa kali rusak bahkan hancur karena peperangan. Namanya pun sempat berganti beberapa kali hingga akhirnya diberi nama Kota Intan sesuai dengan nama lokasinya.
Satu keunikan dari jembatan Kota Intan adalah bentuknya yang tidak biasa. Ini karena fiturnya sebagai jembatan jungkit dimana lantainya bisa terbuka untuk memberi ruang kapal-kapal yang melewati sungai Ciliwung di bawahnya.
Saat memasuki pagar kawasan jembatan, kami dihentikan seorang ibu pedagang yang memintah uang retribusi sebesar Rp.2.500. Saat dolanmaning bertanya ada karcisnya atau tidak, si ibu menjawab jika uang itu untuk kebersihan karena lokasi ini tidak memiliki petugas khusus kebersihan. Bisa dolanmaning bayangkan Rp.2.500 dikalikan puluhan orang yang datang di akhir pekan. Sebenarnya dolanmaning mengapresiasi penjaga kebersihan ini, namun rasanya tidak pantas mematok tarif sendiri sebesar itu. Seharusnya dinas pariwisata bisa mengelola kebersihan tempat ini. Dan jangan kaget karena aroma sungai Ciliwung yang aduhai. Siapkan maskermu!
Selesai foto-foto di sini, kami melanjutkan perjalanan menuju ke galangan VoC menyeberangi kolong rel kereta yang berada di seberang jembatan.
Bersambung ke Heritage Walk Kota Tua Jakarta #part 4: Galangan VoC
Peta perjalanan Heritage Walk: